Mengapa Bisa Terjadi Ada Kasta-Kasta Di Dunia Pendidik ?
Tentu selalu ada suka duka yang penuh dengan makna mengiringi profesi kita sebagai pendidik, baik guru ataupun dosen. Namun ada sebuah pernyataan yang menggelitik yang saya baca di media sosial, tentang seorang dosen yang mempertanyakan mengapa ada hari guru nasional dan tidak ada hari dosen nasional? Terkadang di keadaan nyata pembentukan kasta dalam pemikiran seorang pendidik itu bisa menyesatkan dirinya sendiri. Kasta-kasta dalam dunia pendidikan tercipta dengan sendirinya oleh orang-orang yang punya pemikiran seperti itu.
Dulu ketika masih aktif di instansi pendidikan saya sering mendengar kelakar dari beberapa dosen yang menganggap status mereka lebih tinggi dari guru, mereka menganggap lebih intelektual dari guru karena mengajar orang yang lebih dewasa. Di sisi lain ada guru yang menganggap dosen itu hanya pinter teori saja tapi tidak mengerti basic mendidik. Guru terkadang minder jika berhadapan dengan dosen karena merasa kurang pandai dari dosen. Hal itu menjadikan para dosen dan guru terkotak-kotak. Malah ada guru-guru level SMA yang menertawakan guru TK dan SD karena dianggap hanya mengajak murid bermain-main tanpa mengajarkan ilmu, wah...ini kan lucu sekali pendapat semacam itu.
Padahal mereka semua itu sama-sama pendidik. Dosen itu ya sebenarnya guru, jadi sama saja profesinya untuk mendidik peserta didik. Mengapa harus punya pemikiran seperti itu? Bukankan semua punya kewajiban masing-masing untuk mendidik peserta didiknya. Tentu saja yang berbeda hanya usia atau level peserta didiknya. Ibaratnya petani yang mengolah lahan yang berbeda, begitu pula dosen dan guru. Tentu ada kekurangan dan kelebihan dari masing-masing lahan. Semua petaninya punya kemampuan berbeda-beda dalam mengelola lahan. Sedangkan tanah nya berbeda-beda karakternya.
Selamat berproses